Sebanyak 9 karya tarian yang melibatkan 75 penari turut serta meriahkan pada kegiatan Bandung Isola Performing Arts Festival (BIPAF), Jumat malam, 18 November 2024, mengangkat tema Intercultural Collaboration acara digelar di halaman Gedung Isola Kampus UPI, Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.
Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebudayaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Dr. Ayo Sunaryo, M.Pd., BIPAF ke 8 ini merupakan sebuah festival yang menjadi wadah promosi karya seni pertunjukan inovatif terkurasi (tari, teater tari, drama tari) di kota Bandung. “BIPAF ke 8 ini akan menampilkan karya-karya hasil kreativitas dari para seniman berbakat dari Indonesia, Filipina, Jerman, dan Malaysia, dengan jumlah karya mencapai 9 tarian dengan 75 penari,” ujarnya.
Dikatakan Ayo, Festival ini merupakan bentuk fasilitasi bagi para pencipta, penyaji seni, dan tim pekerja kreatif untuk mementaskan karyanya, selain itu festival ini sangat penting untuk memunculkan para koreografer muda untuk melestarikan karya seni khususnya seni tari. BIPAF hadir sebagai ruang bagi pertukaran ide dan karya seni yang melampaui batas-batas geografis. Sejak awal penyelenggaraannya, BIPAF telah berkomitmen untuk menjadi wadah pengembangan seni pertunjukan yang tidak hanya merayakan kekayaan budaya lokal, tetapi juga memfasilitasi dialog antarbudaya yang semakin relevan di dunia.
Pertunjukan BIPAF tahun ini menampilkan karya kolaborasi antar budaya dan antar negara yang tentunya dapat dilihat dari koreografi yang ditampilkan. Melalui kolaborasi BIPAF ini tidak hanya merayakan keindahan keberagaman, melainkan membuka cakrawala baru untuk memahami dan menghargai berbagai bentuk seni dan budaya, ujar Ayo Sunaryo.
Ayo berharap keberadaan BIPAF dapat berkontribusi pada pengembangan industry kreatif khususnya pada sector seni pertunjukan di Indonesia. Serta dapat memunculkan para koreografer muda untuk tampil pada event dan festival lainnya baik di level nasional maupun level internasional.
Dengan menampilkan karya-karya terbaik, festival ini menjadi medium yang mempertemukan tradisi dan inovasi, lokalitas dan globalitas, serta menciptakan ruang di mana kreativitas tumbuh tanpa batas.
Sembilan karya seni tari yang disajikan diantaranya, BBYLN (BaBaYLaN) karya Al Bernard dan Veladre Garcia (Filipina); Never Enough karya Martina Feiertag & Dian Bokir (Jerman); The Limbs karya Rithaudin Abdul Kadir (Malaysia); Choreotherapy karya M. Raka Reynaldi (Indonesia); Senduk karya Chikal Mutiara Diar (Indonesia); Buluh Pangampu karya Naraya (Indonesia); Rakta Kama karya Egi Rifaldi (Indonesia); Mayongkok karya Edo Novriadi (Indonesia); dan Pada Suatu Hari di Rumah Bersalin karya Ine Arini (Indonesia). (DN/RK)