Pemprov Jabar dan UPI Sepakat Tangani Zero New Stunting dan Zero Food Waste

Hingga saat ini keberhasilan indikator makro pembangunan di Jawabarat belum semuanya membahagiakan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan termasuk, pengangguran, stunting dan serta masalah pengolahan sampah.

“Stunting di Jawabarat cukup tinggi, di angka 27,1% sementara tingkat nasional ada di angka 21,5% sehingga kami dengan UPI sepakat untuk bisa menargetkan angka tersebut bisa turun pada angka 14%. Dan mudah-mudahan bisa terwujud dengan upaya melalui kegiatan KKN ini”, demikian diungkapkan Sekretaris Daerah Provinsi Jawabarat, Dr. Herman Suryatman, M.Si, saat menghadiri kegiatan Pelepasan Peserta MBKM UPI P3K Plus dan P2MB melalui Penyuluhan Pencegahan dan Penanganan Zero New Stunting dan Zero Food Waste, Rabu, 11 September 2024 di Gedung Gymnasium Kampus UPI, Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

Pada program MBKM UPI P3K Plus dan P2MB ini, UPI melibatkan sebanyak 2.046 mahasiswa yang terdiri atas Program Pemberdayaan Masyarakat Berkelanjutan (P2MB) diikuti sebanyak 426 orang, Program Penguatan Professional Kependidikan (P3K) diikuti 1.617, mereka berasal dari 39 prodi di UPI, 207 sekolah, 335 dosen pembimbing, 621 guru pamong, 15 kabupaten/kota, 71 kecamatan, dan 150 desa. Khusus mahasiswa yang berada di UPI kampus Setiabudhi, mahasiswa akan disebar di lima daerah yaitu kabupaten Sumedang, kabupaten Bandung, kabupaten Bandung Barat dan kota Cimahi. Sementara bagi mahasiswa UPI yang berada di UPI kampus daerah disebar sesuai dengan daerahnya masing-masing.

Menurut Herman, tugas pemda adalah mensejahterakan masyarakatnya, tentunya untuk menuju kesejahteraan tersebut pemerintah tidak mungkin melakukannya sendiri perlu kerjasama dengan berbagai lembaga yang ada di wilayah ruang kerjanya, termasuk dengan UPI sebagai perguruan tinggi yang konsen di bidang pendidikan.

Melalui program pengabdian pada masyarakat dan praktek kerja lapangan yang dilakukan oleh mahasiswa UPI, kami berharap UPI bisa membantu pemda untuk menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat terutama dalam hal dua program ini yaitu zero new stunting dan zero food waste.

“Tugas mahasiswa adalah mengedukasi masyarakat untuk sadar akan penanganan stunting sejak dini, serta memahami pengelolaan sampah makanan dengan baik. Jika program ini berhasil diterapkan di cekungan Bandung, maka program ini akan diduplikasi ke seluruh daerah yang ada di Jawabarat. Tentunya program ini sangat menguntungkan bagi berbagai pihak”, ujar Sekda Jabar.

Tidak hanya Stunting, di sektor lingkungan yaitu masalah sampah pun menjadi persoalan yang meski segera dituntaskan, khusus di daerah cekungan Bandung, debit sampah tiap harinya selalu meningkat sehingga untuk mengurangi penggunaan sampah perlu adanya pengelolaan sampah dengan baik yang dimulai dari tiap rumah itu sendiri.

Untuk tempat pembuangan akhir sampah, saat ini yang bisa digunakan ada di daerah Sarimukti yang kondisinya semakin hari terus menumpuk, bila hal ini terus dibiarkan maka daya tampung sampah di yang ada di area cekungan Bandung tidak akan tercukupi. Oleh karena itu, Pemda saat ini sedang menyiapkan infrastuktur pengolahan sampah dengan menggunakan teknologi Insenerasi yang berlokasi di Legok Nangka namun baru bisa digunakan pada tahun 2028.

“Kami mengharapkan agar sampah makanan yang berasal dari rumah tidak ada lagi, oleh karena itu perlu adanya penyadaran sejak dini berupa prilaku dan pola pikir yang efektif dalam mengkonsumsi makanan.”, tegasnya. (DN)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Skip to content