Sebuah workshop yang dilaksanakan secara daring dan luring (Hybrid) dengan tajuk “PKM Kepakaran Pemodelan Matematika MGMP Subang” telah digelar pada tanggal 21 Agustus 2024 di SMP Negeri 4 Kalijati, Subang. Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini menarik perhatian para guru matematika SMP dan sedarajat dari Kabupaten Subang. Acara ini merupakan kerja sama antara Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Matematika Subang, dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang.
Program ini memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajaran matematika dengan pemodelan matematika dan etnomatematika. Dari laporan yang diperoleh, peserta yang mengikuti workshop ini lebih dari 60 orang pada saat acara ini diselenggarakan. Jika ada peserta yang berhalangan hadir saat offline maupun online, panitia menyediakan rekaman workshop ini di channel youtube MGMP Matematika SMP Kabupaten Subang. Penonton yang sudah melihat video workhop ini sudah mencapai lebih dari 1000 penonton saat berita ini disusun.
Workshop yang difasilitasi oleh MGMP Matematika Kabupaten Subang ini, menghadirkan dua pembicara terkemuka, yaitu Prof. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D dan Prof. Dr. H. Dadang Juandi, M.Si. Kedua pembicara tersebut merupakan akademisi terkemuka dan ahli matematika dari UPI. Fokus utama dari acara ini adalah pemodelan fenomena kehidupan nyata melalui pendekatan matematika, seperti penilaian kualitas air di Sungai Citarum dan studi etnomatematika dari tradisi lokal, termasuk praktik nelayan Pangandaran.
Dalam acara ini, para pembicara menjelaskan pentingnya membuat pelajaran matematika lebih mengkontekstualisasikan dalam pembelajaran di kelas. “Matematika seharusnya tidak hanya bersifat teoretis. Siswa perlu melihat relevansinya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Prof. Turmudi. Beliau memberikan contoh model matematika yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas air dan konsentrasi gula. Model matematika tersebut dapat diterapkan langsung dalam skenario dunia nyata, terutama dalam pendidikan lingkungan dan juga dalam bidang kesadaran akan Kesehatan.
Etnomatematika merupakan integrasi praktik budaya lokal ke dalam pembelajaran matematika yang menjadi salah satu tema utama dalam workshop ini. Prof. Dadang menjelaskan bagaimana guru dapat memanfaatkan pengetahuan lokal, seperti praktik nelayan Pangandaran dan struktur geometris di Gunung Padang, untuk memperkenalkan konsep-konsep matematika. “Dengan menggunakan referensi budaya, siswa dapat lebih mudah memahami ide-ide matematika yang abstrak sambil menghargai warisan budaya mereka,” tambahnya.
Workshop ini diakhiri dengan forum terbuka, di mana para peserta menyampaikan antusiasme mereka dalam bentuk pertanyaan untuk menerapkan metode-metode baru ini di dalam kelas. Berbagai macam pertanyaan dilontarkan dari para peserta kepada para pembicara seputar workhop ini. Acara ditutup dengan catatan positif di mana semuanya sepakat bahwa etnomatematika ini bisa meningkatkan kualitas pendidikan matematika di SMP Kabupaten Subang. Para peserta didorong untuk mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari ke dalam pembelajaran mereka nanti di kelas. Khususnya dalam penerapan model matematika dengan konteks kehidupan nyata dan penggunaan etnomatematika untuk menjembatani budaya lokal dengan pendidikan modern. Para penyelenggara berencana untuk melanjutkan workshop ini di masa depan, dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan melalui teknik pembelajaran yang inovatif dan relevan.